PortalUpdate—KAMBOJA – Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Islam-Buddha yang bertemakan “Komunikasi Peradaban dalam Pelayanan Kemanusiaan” akan digelar di Phnom Penh, ibu kota Kerajaan Kamboja. Acara ini berada di bawah naungan Perdana Menteri Kerajaan Kamboja, Tuan Hun Manet, serta melibatkan Persekutuan Pemimpin Agama dan Badan Persatuan Keahlian dalam Dialog Agama-Peradaban.
Menteri Agama Republik Indonesia, Prof. Dr. KH. Nasaruddin Umar, diundang secara khusus oleh Liga Muslim Dunia untuk menghadiri acara ini.
Kehadirannya diharapkan dapat memberikan pemikiran strategis mengenai toleransi Islam-Buddha, mengingat perannya yang diakui dalam membangun harmoni antaragama di Indonesia, termasuk dengan komunitas Katolik saat kunjungan Paus Fransiskus ke Masjid Istiqlal.
Dalam kesempatan ini, Menteri Agama RI, diwakili oleh Sekjen Kemenag RI Bersama Stafsus Dr H Bunyamin M Yapid LC MH ,Kehadiran Perwakilan Indonesia di KTT Islam- Budha di Kamboja sendiri setelah mendapat undangan dari Ketua Liga Muslim Dunia, Dr. Ali Isa, sebagai salah satu pembicara utama.
Stafsus Menag yang juga tenaga ahli bidang haji dan umrah serta hubungan internasional Dr H Bunyamin M Yapid LC MH yang mendampingi Sekjen Kemenag menuturkan bahwa program kurikulum cinta yang selama ini di gaungkan oleh Anregurutta Prof Nasaruddin Umar menjadi landasan penyelenggaraan KTT Islam- Budha di kamboja.
“Program kurikulum cinta dinilai sukses dalam menjalankan program 100 hari pemerintahan Presiden RI, program ini dinilai sejalan dengan visi global untuk membangun toleransi beragama,termasuk toleransi antar umat Islam dan Budha,tutur staffsus.
KTT Islam- Budha ini akan membahas berbagai isu penting, termasuk peran nilai-nilai agama dalam menghadapi ideologi ekstremisme. Liga Muslim Dunia menyoroti pengalaman baik yang dapat diambil dari Indonesia sebagai negara dengan populasi Muslim terbesar di dunia, yang berhasil menjaga keberagaman dan keharmonisan sosial.
Diharapkan, dengan kontribusi pemikiran dari para tokoh agama dunia, termasuk dari Indonesia, KTT ini dapat menjadi momentum penting dalam memperkuat dialog lintas agama dan perdamaian global. (*)